Ilalang Yang Menangis
Dulu waktu tempat ini penuh dengan kedamaian, penuh dengan kebebasan, dan keselarasan
Aku selalu bahagia, bahagia menyambutmu, wahai tamuku
Setiap kali, lonceng panjang di tempat lain
Engkau datang bergegas tanpa merubah baju, merebahkan diri kepadaku
Bersama dengan celoteh mulut-mulut yang lain
Menarikku, mengajakku menari, dan membuatku seakan-akan yang paling indah dan agung
Engkau hembuskan nafas dan kau buat semuanya terbang tanpa pagar, tanpa batas
Dulu waktu masa belum begini
Banyak tangan dan kaki yang bersembunyi dari pelarian
Jelas terdengar cekikikan kecil yang berbahagia
Banyak sentuhan dan ucapan rahasia yang kudengar
Banyak mulut bilang aku saksi bisu...
Dulu waktu berjalan seperti ini
Senja tak pernah kau lewati, hangatnya mentari sore selalu kau nikmati
Padahal lembaran kertas dan panggilan namamu sahut-menyahuti tiada henti
Tapi, kau rela berlari mendatangiku di puncak tinggi
Dan melempar senyum, kemudian berkata "Aku akan datang lagi"
Sekarang waktu sudah begitu
Mungkin dulu aku berwarna, lihatlah sekarang aku kusam dan kelabu
Entah darimana datangnya ada tangan kasar yang membabat habis masa-masa indah begini
Memusnahkan halusnya sketsa langit sore
Berganti dengan torehan kuas kasar tanpa nurani kemanusiaan
Sekarang waktu hampir habis
"Aku akan datang lagi", masih tersimpan rapat di batangku yang kian mengurus
Ku sadari itu hanya hiburan untuk si saksi bisu
Sekarang waktu benar-benar habis
Kau tak kembali lagi, wahai tamuku
Entah dimana jejakmu berada, lihatlah air terakhir yang kuteteskan
Langit tak bisa lagi kau nikmati, dan aku tak bisa lagi menyambutmu
Sekarang waktu telah di titik nol
Aku tak pernah marah pada mulutmu, mungkin kau sedang sibuk melayani yang lebih baik
Maafkan saksi bisu yang tak kuasa menunggumu, aku tak punya pembelaan
Aku tak sanggup membayarnya
Ilalang yang menangis, akan menunggumu di waktu yang lain
Wahai Tuanku !
Dulu waktu tempat ini penuh dengan kedamaian, penuh dengan kebebasan, dan keselarasan
Aku selalu bahagia, bahagia menyambutmu, wahai tamuku
Setiap kali, lonceng panjang di tempat lain
Engkau datang bergegas tanpa merubah baju, merebahkan diri kepadaku
Bersama dengan celoteh mulut-mulut yang lain
Menarikku, mengajakku menari, dan membuatku seakan-akan yang paling indah dan agung
Engkau hembuskan nafas dan kau buat semuanya terbang tanpa pagar, tanpa batas
Dulu waktu masa belum begini
Banyak tangan dan kaki yang bersembunyi dari pelarian
Jelas terdengar cekikikan kecil yang berbahagia
Banyak sentuhan dan ucapan rahasia yang kudengar
Banyak mulut bilang aku saksi bisu...
Dulu waktu berjalan seperti ini
Senja tak pernah kau lewati, hangatnya mentari sore selalu kau nikmati
Padahal lembaran kertas dan panggilan namamu sahut-menyahuti tiada henti
Tapi, kau rela berlari mendatangiku di puncak tinggi
Dan melempar senyum, kemudian berkata "Aku akan datang lagi"
Sekarang waktu sudah begitu
Mungkin dulu aku berwarna, lihatlah sekarang aku kusam dan kelabu
Entah darimana datangnya ada tangan kasar yang membabat habis masa-masa indah begini
Memusnahkan halusnya sketsa langit sore
Berganti dengan torehan kuas kasar tanpa nurani kemanusiaan
Sekarang waktu hampir habis
"Aku akan datang lagi", masih tersimpan rapat di batangku yang kian mengurus
Ku sadari itu hanya hiburan untuk si saksi bisu
Sekarang waktu benar-benar habis
Kau tak kembali lagi, wahai tamuku
Entah dimana jejakmu berada, lihatlah air terakhir yang kuteteskan
Langit tak bisa lagi kau nikmati, dan aku tak bisa lagi menyambutmu
Sekarang waktu telah di titik nol
Aku tak pernah marah pada mulutmu, mungkin kau sedang sibuk melayani yang lebih baik
Maafkan saksi bisu yang tak kuasa menunggumu, aku tak punya pembelaan
Aku tak sanggup membayarnya
Ilalang yang menangis, akan menunggumu di waktu yang lain
Wahai Tuanku !
Komentar
Posting Komentar